|
|
|
Tetapi beberapa abad kemudian, anak cucu atau keturunan mereka,
mulalah melupakan ajaran Nabi Noh dan nenek moyang
mereka yang beriman itu. Mungkin karena
kurangnya penerangan atau pengaruh penghidupan yang semakin meningkat,
pengaruh ekonomi,
keinginan-keinginan dan keperluan, ditambah
lagi oleh tipu daya Setan dan Iblis yang selalu menggoda dan
memperdayakan mereka.
Akhirnya seluruh manusia menjadi lupa sama
sekali akan Allah Pencipta yang diajarkan Nabi Noh dan nenek moyang
mereka orang
beriman. Setelah mereka berkembang
biak menjadi manusia banyak, hidup terpancar di segenap pelosok yang
berjauhan
dan berdekatan, menjadi berbagai bagai suku
kaum dan bangsa, antar satu sama lain sudah tak kenal mengenal lagi,
masing masing
golongan, suku dan bangsa berkembang menurut
adat kebiasaan atau tradisi masing masing. Yang satu ingin lebih kaya,
lebih
kuat dari yang lain. Akhirnya yang kaya
memeras terhadap si miskin, dan yang kuat menindas terhadap yang lemah.
Bersamaan
dengan lenyapnya keimanan terhadap Allah,
lenyap pulalah ketenteraman dan keamanan, kebahagiaan dan kesenangan
hidup. Lalu
timbullah berbagai-bagai maksiat, kejahatan,
kepercayaan yang sesat dan menyesatkan. Bila mereka sudah kacau dan tak
aman
lagi, kembalilah mereka ingin menyelamatkan
diri masing masing. Karena mereka sudah lupa terhadap Allah, maka mereka
tercari
carilah cara memperoleh keselamatan dan
ketenteraman. Akhirnya mereka buat pulalah patung berhala, dan patung
patung itulah
menurut para pemuka mereka yang dapat
menyelamatkan mereka dari segala kesusahan dan bahaya. Akhirnya patung
atau berhala
itu mereka hormati, mereka mengagungkannya,
mereka puji lalu sembah. Dan patung patung itulah 'tuhan', kata mereka.
Sejarah sepeninggalan Nabi Noh berulang
kembali, dengan ulangan yang sama tidak ada perbezaan sama sekali.
Bangsa 'Ad,
begitulah namanya satu kaum yang paling
derhaka di zaman itu, hidup di negeri Ahqaf, antara Yaman dan Oman
sekarang ini, di
bilangan negeri Arab jua. Bangsa 'Ad
ini termasyhur sekali karena besar tubuh orangnya dan kuat. Hidup di
tanah yang
subur, tumbuh di situ berbagai bagai tumbuh
tumbuhan, mengalir di situ sungai sungai dan mata air. Masing masing
mempunyai
kebun yang luas, hasil bumi yang berlipat
ganda banyaknya. Dengan kekayaan yang melimpah ruah itu, mereka dapat
membuat rumah
dan istana tempat tinggal masing masing.
|
|
Kerana kebahagiaan hidup yang berlimpahan itu, mereka lupa akan asal usul kejadian mereka, mereka tidak tahu dari mana
asalnya segala nikmat dan rahmat yang berlimpah ruah itu.
Akal mereka hanya sampai ke batu batu yang mereka buat
dan gambar sendiri berupakan patung patung.
Kepada batu batu itulah mereka berterima kasih atas semua nikmat dan
rahmat itu,
dan kepada batu itu pulalah mereka minta
tolong bila di timpa kesusahan dalam hidup dan penghidupan mereka.
Bukan
hanya sesat diri mereka bahkan akhirnya
mereka menyebarkan kejahatan di permukaan bumi yang penuh rahmat itu. Si
kuat di antara
mereka menyeksa kepada yang lemah, yang besar
menganiaya terhadap anak kecil, sehingga keamanan dan kebahagiaan hanya
dimiliki
oleh beberapa gelintir manusia saja di antara
mereka, iaitu mereka yang kuat dan berani saja. Sedang orang yang lemah
dan
tak punya kekuasaan, hidup menderita, dengan
derita yang tak terperikan lagi. Diutus Tuhanlah kepada mereka
seorang
dari bangsa 'Ad itu sendiri, Nabi Hud
namanya. Seorang yang lapang dada, berbudi tinggi, pengasih dan
penyantun, penuh dengan
kesabaran. Diajarkan kepada kaum 'Ad itu akan
Tuhan yang sebenarnya, iaitu Allah s.w.t. Sedang batu batu yang mereka
sembah
dan cintai itu tak ada kekuasaan apa apa.
Tidak dapat memberi manfaat atau mudarat, tidak mempunyai kuasa untuk
berbuat apa
apa. Allahlah yang selayaknya disembah dan
dipuja, karena Allahlah yang menjadikan kamu dan memberi kamu rezeki,
yang menghidupkan
dan mematikan kamu, yang membentangkan bumi
tempat berpijak, menumbuhkan tumbuh tumbuhan dan mendatangkan
berbagai-bagai nikmat
yang kamu pergunakan, kata Nabi Hud kepada
mereka. Sebagai manusia di zaman Nabi Noh, seruan dan ajaran
Hud ini tidak
dihiraukan oleh manusia 'Ad, mereka membantah
dengan membangga banggakan kekayaan dan kepintaran mereka sendiri.
Diperingatkan
pula oleh Nabi Hud, bahawa nanti semua orang
yang sudah mati itu akan dihidupkan kembali di Alam Akhirat, akan
diperhitungkan
kejahatan dan kebaikannya. Mana yang jahat
akan diseksa dan mana yang baik akan dibahagiakan dalam Syurga yang
disediakan
Tuhan. Ajaran ini lebih mereka ejek
lagi dengan berkata: "Manakan boleh orang yang sudah mati dan hancur
menjadi
satu dengan tanah akan dapat hidup kembali.
Hidup hanya di dunia ini saja, senang dan susah hanya di muka bumi
saja."
Diperingatkan Hud seksa yang pernah
diturunkan Allah terhadap manusia engkar di zaman Nabi Noh. Mereka tidak
percaya.
Itu adalah cerita bohong yang diada adakan
saja, atau berita dongeng yang diada adakan oleh Hud, kata mereka.
Bahkan
Hud dianggap mereka orang yang terlalu bodoh.
"Apa kelebihan engkau atas kami?" kata mereka kepada Hud. "Engkau
makan sebagaimana kami makan jua, engkau
minum sebagaimana kami minum pula, engkau hidup seperti kehidupan kami
tak ada bezanya
sedikit juga," kata mereka selanjutnya.
"Kenapa engkau mengatakan diutus Allah? Kenapa engkau saja yang diutus
Allah?
Kami pun berhak diutus Allah itu! Perkataanmu
itu adalah bohong semata mata," kata mereka kepada Hud. Hud
terus
mengajak mereka, walaupun mendapat sambutan
dingin dan juga tentangan dari mereka yang engkar itu. Demikianlah dari
masa ke
semasa, tahun ke tahun, beratus tahun pula
lamanya. Hanya sedikit sekali yang menurut ajarannya itu.
Ternyata pulalah,
bahawa memang mereka tidak mahu beriman,
mereka tidak mahu berhenti berbuat derhaka dan jahat, mereka hanya
berbuat apa yang
mereka kehendaki belaka dengan tidak
mengacuhkan siapa saja. Sifat takbur mereka sudah demikian hebatnya,
sehingga tidak dapat
diempang empang lagi, sehingga masyarakat
ketika itu kerananya menjadi kacau bilau, porak peranda, sehingga tak
ada orang
yang merasa aman lagi, selain orang orang
yang kuat dan berkuasa saja. Sedang semua mereka tidak juga mahu
menurutkan ajaran
Nabi Hud itu.
|
|
Pada suatu hari terbentanglah di langit awan hitam yang panjang,
melintang di tengah tengah langit. Hampir semua mereka
ke luar rumah menoleh ke arah awan
yang agak ganjil itu. Akhirnya mereka berkata: "Itulah awan panjang,
menandakan sebentar
lagi hujan akan turun untuk menyiram
tanam tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak
kita."
Tetapi Nabi Hud berkata kepada
mereka: "Itu bukan awan rahmat, tetapi awan yang membawa angin kencang
yang akan menewaskan
kamu sekalian, angin yang penuh
dengan azab seksa yang sepedih pedihnya." Sejurus kemudian
angin dahsyat berhembuslah,
luar biasa hebatnya. Binatang
ternakan mereka yang sedang berkeliaran di padang pasir, kecil besar
turut terbang disapu bersih
oleh angin entah ke mana perginya.
Mulalah mereka takut dan berlompatan lari masuk ke dalam rumah mereka
masing masing, yang
merupakan gedung dan istana yang
kuat kukuh itu. Mereka tutup segala pintu, untuk berlindung diri. Mereka
pergunakan segala
kekuatan tubuh mereka yang kuat dan
besar itu untuk mempertahankan pintu dan rumah-rumah mereka itu agar
jangan diterbangkan
angin. Tujuh malam dan
delapan hari lamanya angin dahsyat itu bertiup sehebat hebatnya.
Jangankan manusia dan binatang-binatang
serta tumbuh tumbuhan, batu yang
besar yang berupakan gunung itu pun lenyap menjadi angin, lebih lebih
lagi patung yang mereka
sembah selama ini. Demikianlah
jadinya manusia kuat yang takbur itu. Firman Allah: "Tidaklah Tuhan akan mencelakakan
satu negeri dengan satu petaka, sedang penduduknya berbuat baik baik."
Heran, Nabi Hud dan pengikutnya tetap
di rumah saja, dengan tidak
merasakan sedikit juga akan bahaya angin ribut yang begitu dahsyat
selama se minggu berturut turut
itu. Akhirnya Nabi Hud pindah tempat
karena negeri itu sudah menjadi padang jarak padang tekukur. Dia pindah
ke Hadhramaut,
di mana beliau hidup sampai
wafatnya.
Alhambra Granada |
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar