Terhadap
semua apa juga yang disampaikan Nabi Saleh itu, mereka
menutup telinga dan memejamkan mata, tidak
mahu tahu dan percaya. Nabi Saleh mereka pandang seorang yang tidak
sepatutnya
menasihati mereka, karena merekalah yang
lebih pintar dan pandai, lebih kaya, terhormat dan berkuasa, kata
mereka.
Hanya
sebahagian kecil yang terdiri dari
orang-orang melarat tingkatan rendah saja yang mahu mendengarkan dan
menurut ajaran itu.
Sedang yang lain jangankan akan mengikuti dan
tunduk, malah Nabi Saleh mereka anggap tidak siuman otaknya, kena sihir
atau
dimasuki Setan, katanya. Kalau memang perlu
nabi, maka kamilah yang pantas menjadi nabi, karena kami lebih pintar
dan lebih
mulia dalam masyarakat daripada engkau, kata
mereka kepada Saleh.
Sungguhpun begitu, Nabi Saleh tetap menjalankan
apa
yang diperintahkan Tuhan kepadanya,
menyampaikan ajaran ajaran yang benar, dengan kesabaran dan ketenangan.
Sebab itulah makanya
ada pula orang-orang yang melarat yang turut
dan tunduk akan ajaran itu. Hal ini akhirnya membimbangkan orang-orang
yang tidak
mahu tunduk itu.
Mereka mencari cara dan jalan untuk memalingkan perhatian orang dari Nabi Saleh itu, yang dapat melemahkan
dan merendahkan pandangan orang terhadap Saleh.
Begitulah
pada suatu hari, mereka datang kepada Saleh dan berkata: Cuba
engkau tunjukkan kepada kami satu mukjizat
(keluarbiasaan) sebagai tanda kenabianmu itu. Kalau tidak, tentu
engkauini orang
yang bohong semata mata.
Mendengar kata
dan pendirian mereka yang demikian itu, tidak ada yang dapat diperbuat
Nabi Saleh
selain berdoa kepada Tuhan: Ya, Tuhanku!
Kaumku tetap mendustakan aku, selain sebahagian kecil saja yang beriman
denganku.
Untuk mengatasi ini, sudi apalah kiranya
Tuhanku memberi aku satu mukjizat untuk jadi tanda kebenaranku. Dengan
mukjizat mana,
mudah mudahan mereka beriman jua!
Allah
mengabulkan permintaan Nabi Saleh, lalu berfirman kepadanya: Pergilah
mendapatkan
kaummu dan katakan kepada mereka agar mereka
berkumpul di luar kota di kaki gunung yang tampak itu, untuk dapat
melihat mukjizat
yang mereka kehendaki itu. Dari gunung itu
nanti akan muncul seekor unta betina yang luar biasa bagus, besar dan
gemuk, tidak
pernah mereka melihat unta seperti itu. Tetek
unta itu akan selalu penuh dengan air susu, sekali pun setiap jam
diperah tidak
henti hentinya. Setiap orang diperbolehkan
mengambil air susunya, dengan syarat bahawa unta itu dibiarkan bebas
sebebas bebasnya,
tidak boleh diganggu dan diusik oleh siapa
saja. Dan unta itu harus dibiarkan meminum air yang ada di sumur itu
berganti hari
dengan mereka penduduk. Ertinya hari ini air
minum itu semuanya untuk unta itu, dan besoknya air sumur itu semuanya
untuk
penduduk. Begitulah seterusnya. Di hari
giliran unta, tidak seorang juga manusia dibenarkan mengambil air.
Begitu pula di
hari giliran penduduk, unta tidak akan
meminum sedikitpun. Setelah wahyu itu disampaikan Nabi Saleh kepada
mereka, mereka
berkumpullah menanti unta yang dimaksudkan
itu. Tak lama kemudian, dari gunung itu muncullah seekor unta yang luar
biasa bagus,
gemuk dan besarnya, persis seperti apa yang
diterangkan Nabi Saleh kepada mereka.
Unta itu langsung ke sumur dan
meminum
semua air yang ada. Dan benar bahawa tetek
unta itu selalu penuh dengan air susu. Mereka mulailah mengambil tempat
susu untuk
dapat mengambil air susu dari unta itu.
Demikianlah saban hari, di hari mereka tidak dapat air dari sumur karena habis
diminum unta, sebagai gantinya mereka dapat memerah air susu dari unta itu untuk diminum.
Begitulah
dari hari ke hari,
minggu ke minggu, orang orang beriman semakin
bertambah kuat keimanannya, tetapi bagi orang orang yang engkar bukan
menjadi
beriman kerananya sebagai kata kata mereka
ketika meminta minta mukjizat dahulu, malah mereka bertambah irihati
terhadap Nabi
Saleh dan orang orang yang beriman, mereka
terus mengengkari seruannya terang terang.
Maka timbullah keinginan
buruk dalam
batin mereka untuk membunuh unta itu, agar
kebenaran Nabi Saleh tidak tersiar kerananya. Mula mula mereka berani,
tetapi kemudian
ragu ragu dan takut, sebab sebagai dikatakan,
Nabi Saleh mengancam dengan turunnya seksa Tuhan bila unta itu diusik.
Lama
mereka itu berfikir-fikir antara membunuh
unta itu atau tidak membunuhnya. Berapa kali di antara mereka mencuba
mendekati
unta itu untuk dibunuhnya, tetapi mereka
akhirnya mundur karena khuatir akan seksaan yang dijanjikan Nabi Saleh
itu. Lama
konon unta itu tinggal merdeka menjadi
perhatian orang banyak. Semakin banyak juga orang yang percaya kepada
Saleh. Tetapi
akal jahat dan niat buruk mereka itu membuka
jalan bagi mereka untuk melakukan satu perbuatan yang sejahat jahatnya.
Kecantikan
seorang perempuan, akan mereka jadikan alat
untuk menjalankan niat mereka yang jahat itu. Dengan perempuan cantik,
dengan
mudah mereka akan memperolehi pemuda yang
berani untuk membinasakan unta itu.
Bila seorang lelaki telah dapat
ditawan
hatinya oleh seorang perempuan cantik, maka
lelaki penakut bisa menjadi orang paling berani untuk menunaikan
perintah perempuan
yang cantik itu. Seorang lelaki yang se
pintar pintarnya, bila sudah dapat ditawan hatinya oleh seorang
perempuan cantik akan
menjadi lelaki yang paling bodoh, sehingga
dapat diperintah oleh si perempuan cantik itu melakukan pekerjaan yang
bahaya sekalipun.
Hal ini diketahui oleh mereka yang engkar dan
kafir itu. Mereka tidak segan segan menjalankan tindakan keji itu.
Seorang perempuan
cantik yang derhaka, menyerahkan diri untuk
melakukan lakonan berat ini.
Seorang perempuan cantik anak bangsawan
dan kaya
raya pula, Saduq binti AlMahya namanya,
sanggup menyerahkan kehormatan dirinya kepada seorang pemuda berani,
iaitu Masdak
bin Mahraj, asal saja pemuda itu berani
membunuh unta yang menjadi bukti kebenaran Nabi Saleh itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar